Selasa, 11 Juni 2013



Rasanya aku sudah kehilangan arah
Rasanya aku tidak punya tempat untuk berpijak
Rasanya  aku sudah kehilanganmu…

Gadis itu menghirup bau kopi yang melesak ke hidungnya. Ia tidak terlalu suka kopi, apalagi kopi hitam yang pahit. Rasanya agak aneh di bibir. Hanya saja ia suka sekali bau kopi, rasanya menenangkan, mengingatkannya pada rumah, pada kenangan-kenangan lamanya, pada seseorang itu.

Kopi yang dipesan baru saja dihidangkan. Bukan kopi hitam yang pahit, tapi Cappucinno hangat yang di atasnya selalu memiliki corak tersendiri sesuai suasana hati si Barista (pembuat kopi). Baunya yang khas memaksa ingatan lamanya kembali. Ingatan tentang masa-masa indahnya dulu, juga masa pahitnya yang telah berlalu. Matanya masih sibuk membaca novel yang baru saja dibuka bungkusnya, tapi pikirannya melayang entah kemana dan membuat cerita sendiri. Cerita yang selama ini menjadi mimpinya dan kini akan tetap hanya akan menjadi sebuah mimpi.

Selasa, 04 Juni 2013

Peluk Saja Aku!



Gadis itu menatap cermin di depannya dengan gamang. Gadis yang dipandangnya membalas pandangannya dengan sama gamangnya. Wajahnya berkerut entah karena kesal atau sedih. Yang pasti terlihat seperti sedang memendam sesuatu, entah amarah, cerita sedih atau kebingungan. Matanya sembap tapi  tidak ada air mata lagi. Habis sudah. Rasanya si gadis sudah menangis berhari-hari sampai wajahnya mulai kusut, hidung dan pipinya memerah akibat diusap berkali-kali.
“Ada apa?” tanya si Gadis pertama.
“Entahlah, hanya saja rasanya semua kacau” balas si Gadis kedua.
“Mengapa bisa?” tanya si Gadis pertama lagi.
“Aku juga ingin menanyakan hal yang sama” jawab si Gadis kedua.
Lalu mereka terdiam. Lama. Sementara langit di luar jendela mulai kelabu. Sinar matahari yang tadinya menerangi wajahnya mulai turun perlahan digantikan sinar rembulan yang lebih redup tapi masih memiliki cahaya.
“Mengapa kita terlalu berlarut-larut?” tanya si Gadis pertama. Gadis kedua hanya terdiam. Lalu tersenyum. Matanya menerawang begitu juga dengan pikirannya.
“Kenapa kita tidak mulai bangkit?” usul si gadis kedua.
“Aku tidak yakin aku bisa” balas di pertama.
“Pasti bisa jika kita bersama” si gadis kedua memastikan.
“Peluk saja aku” pinta si gadis pertama.
Si gadis kedua hanya terdiam, tidak tersenyum juga tidak menunjukkan kesedihan.
“Kenapa? Kenapa kau diam?” si pertama mulai berteriak.
Si kedua berdeham pelan lalu tersenyum.
“Bagaimana bisa aku memelukmu jika aku adalah kamu”
Lalu mereka mulai tergelak.
“Yah, dari dulu pun kita selalu sendirian, kan? ”

sampai lupa

 hai... sudah begitu lama... bukannnya aku tak ingin menulis lagi atau bagaimana... hanya saja terkadang aku tak punya waktu jika bisa dibil...