Aku menghisap rokokku lebih dalam. Kepulan asapnya langsung
menghilang dibawa angin yang akhir-akhir ini bertiup lebih kencang dari
sebelum-sebelumnya.Merenung dalam diam sambil sesekali meneguk minuman
berakhohol yang sudah beberapa lama mengendap dalam almari kayu cokelat itu.
Katamu aku tak boleh merokok lagi, juga tidak minum minuman keras itu lagi.
Oke, aku memang sesekali melakukannya tanpa sepengetahuanmu, tapi bukan berarti
kau bisa melakukan hal seperti ini padaku.
Kau memutuskan hubungan malam itu tiba-tiba. Tanpa alasan
yang bahkan sampai saat ini masih kucari alasannya. Lalu malam lalu kau datang
dengan padangan yang seolah meminta maaf padaku. Memberiku secarik kartu dengan
senyum getirmu. Atau itu hanya bayanganku saja. Aku memandang lama Kartu
Undangan itu setelah kau pergi. Warna nya cokelat muda, persis seperti yang
selama ini kau bicarakan denganku. Ada guratan-guratan emas menjadi bingkai
tulisan yang menyebutkan namamu dan nama pria itu dengan tulisan indah nya yang
juga berwarna emas. Ah! Seharusnya ada namaku disana, atau... entahlah.
Aku tak pernah berpikir bahwa kau akan seketika membatalkan
semua janji-janji yang pernah kita ucapkan hanya dengan pertemuan singkatmu
dengannya. Berapa bulan kau sudah bersamanya? Bahkan mengalahkan kebersamaan
yang telah kita jalin bertahun-tahun lamanya? Ironis memang.
(ps: ini rencananya buat cerpen tapi gak jadi karena ga ada ide lagi, karena udah mulai males2an buat nulis tapi kangeeeen bgt nulis walau tulisannya biasa bgt... )