Aku memasuki kedai kopi itu dengan gamang. Aroma khas nya
kembali melesak memenuhi hidungku dan ada gelenyar aneh yang membuat jantungku
berdetak beberapa kali lebih cepat dari sebelumnya. Aroma Kopi. Ingat tidak
pertama kali kau mengajakku ke kedai kopi yang sudah punya nama di Indonesia
bahkan di dunia sekalipun itu?. Jujur saja, itu kali pertama aku menjejakkan
kaki di sebuah kedai kopi. Atau begitulah seingatku. Aku lupa kopi apa yang
kupesan, atau mungkin hanya segelas cokelat dingin yang masih selalu jadi
favoritku sampai sekarang. Empat setengah tahun yang lalu. Nyaris lima tahun. Aku
masih ingat saat itu aku begitu mengidolakan Michael Buble dengan lagu barunya yang
bertajuk “Everything” saat itu. Aku jatuh cinta saat itu juga, bahkan pada
hari-hari sebelumnya, hari pertama kita bertemu lagi setelah
pertemuan-pertemuan sebelumnya yang aku pikir tidak akan pernah berarti buat
kita. Perasaanku masih sama seperti saat itu, ingatanku tentangmu pun tak
pernah berubah sekalipun. Aku pikir ini cinta. Begitukah?
Semalam aku membaca catatan harianku. Atau kalau bisa
kubilang itu buku harianku, walau aku tak menulisnya setiap hari. Semuanya
tentangmu. Bagaimana aku tergila-gila pada masa-masa awal dan penjajakan,
bagaimana aku berduka ketika kau marah, bagaimana aku begitu putus asa ketika
berbagai masalah menghantui kita berhari-hari bahkan berbulan-bulan jika aku
meneliti tanggalnya. Juga bagaimana sulitnya kita menghadapi apa yang tejadi
dan mengusahakan agar semua baik-baik saja. Ah! Aku rindu kamu. Sudah.
Sebenarnya hanya itu yang mau aku bilang.