Selasa, 11 Desember 2012

aku dan kamu, bukan kita lagi

Kelamaan kesimpen di draft, tapi dibuang sayang.... jadi ya dipublish aja ya walau hasilnya ga oke2 bgt... 


Suasana bandara kali itu begitu ramai akibat beberapa penerbangan yang mengalami keterlambatan. Aku memilih tempat di sudut ruang tunggu bandara seperti biasa. Rasanya lebih mudah melihat sekeliling tanpa terlihat, juga menyembunyikan mataku yang mulai sembap. Aku marah pada diriku yang marah-marah, juga pada emosiku yang melunjak-lunjak. Aku sedih pada diriku yang terus menangis, mungkin karena pertengkaran itu, bisa juga karena perpisahan ini.
Aku melirik arlojiku sekali lagi dan menyadari pesawatku delay dan baru akan berangkat satu setengah jam lagi. Ah, terlalu lama jika harus duduk begini saja, apalagi dengan ruangan yang mulai penuh sesak. Kuputuskan untuk menunggu lebih lama di salah satu kedai kopi disana. Walaupun tempatnya hampir terisi penuh, namun aku berhasil menemukan satu kursi kosong di sudut ruangan itu.
Aku memesan Hot Chocolate karena kebetulan aku bukan penggemar berat kopi, aku hanya suka aromanya. Entahlah, rasanya menenangkan. Itu saja.
Aku membuka ipadku dan seperti biasa hanya melihat-lihat social media, mengeluhkan beberapa hal, berkomentar pada status-status yang lain, dan hal remeh temeh lainnya sementara bau kopi mulai melesak memenuhi hidungku, memenuhi otakku dan mengingatkanku padamu. Ah! kau si penggemar kopi. Aku tau kau tidak bisa hidup tanpa kopi juga rokokmu... setiap bangun tidur, bahkan saat akan tidur pun kau butuh kopi. Semua ini mengingatkanku pada kejadian siang itu....hari ketika aku menyadari semuanya sudah terlambat.
--------------------------------

Siang itu cuaca cukup bersahabat, tidak panas namun tidak hujan. Aku menikmati siangku dengan menonton televisi sambil sesekali membuka-buka social media sampai bel pintu berbunyi dan kulihat seorang pria paruh baya dengan sekeranjang bunga di depannya.
"ada apa, pak?" sapaku siang itu.
"ini,bu ada kiriman" balasnya sambil menyerahkan bunga itu dan tanda terima untuk kutanda tangani.
"eh, dari siapa ya?" tanyaku, karena memang tidak ada hari yang istimewa untukku ataupun keluargaku hari ini.
"nanti buka aja katanya, bu" jawabnya sambil menunjukkan kepingan DVD di sela-sela bunga tersebut. Aku mengangguk pelan, menandatangani tanda terima lalu mempersilahkan pria itu untuk kembali. Pikiranku berkecamuk tanpa tau siapa si pengirim bunga tersebut, aku takut, aku bingung harus bereaksi apa setelah melihatnya. Mungkin isinya tulisan, atau video, atau film, ah... entahlah.
Setelah menimbang-nimbang beberapa saat aku menyalakan DVD player di kamarku dan memutar isinya. Sangat simpel sebenarnya. Hanya berisi tiga video klip dari tiga band terkenal di Indonesia. Tanpa embel-embel pembuka ataupun tulisan si pengirim. Tapi aku tahu itu kamu, kamu yang selama ini memenuhi pikiranku, kamu yang selalu membuatku takut entah pada apa. Takut kehilangan, takut kecewa, hingga takut pada diriku dan keegoisanku.
Aku menontonnya berulang tanpa tahu harus melakukan apa, hanya bisa menatap layar televisi yang masih menayangkan video itu berulang kali. Ketika akhirnya aku memberanikan diri untuk menghubungimu, semuanya sudah berlalu. Kau sudah kembali ke tempatmu. Dan aku tetaplah di tempatku. Dan akhirnya hanya ada aku juga kamu, bukan kita.


2 komentar:

  1. tapii tapiii tapiii...itu bukan akhir yaa,,ini kan episode tersanjung ep sekian sekian... isiin to be continued dulu...

    BalasHapus
  2. ihik,,, iyesss bangettt untungnya masih ada KITA dalam episode selanjutnya... semoga Kita akan terus menjadi Kita dan semoga bahagia bahagia bahagia

    BalasHapus

sampai lupa

 hai... sudah begitu lama... bukannnya aku tak ingin menulis lagi atau bagaimana... hanya saja terkadang aku tak punya waktu jika bisa dibil...